Bnyak hal yg perlu kamu tau sebelum bermain gitar.Misalnya mencari tau asal usul gitar dll. Di situ akan membuat kita menjadi kagum akan untuk belajar bermain gitar
About Me
- Forum Lockets
- Pemangkat, Kalimantan Barat, Indonesia
- Want to create a blog that can make all the people know about the city pmangkat located in west kalimantan indonesian with various information that you have not previously known in other cities.
Saturday, December 26, 2009
Mengenal jauh tentang bermain gitar
Thursday, July 9, 2009
Writing Skill - Motivasi Menulis Bagi Kaum Profesional
Keahlian Berkomunikasi (baca: Menulis) Adalah Kunci Keberhasilan Kaum Profesional
"Communication is the most important skill in life."-- Stephen Covey
(Pengarang Seven Habits)
“Reading maketh a full man, conference a ready man, and writing an exact man” – Sir Francis Bacon
(Bapak Ilmu Pengetahuan Modern)
“Writing – the art of communicating thoughts to the mind – is the great invention in the world Great, very great, it enabling us to converse with the dead, the absent, and the unborn, at all distances of time and space, and great not only in its direct benefits, but its great help to all other inventions.” – Abraham Lincoln
(Mantan Presiden Amerika)
“From poetry to letters to stories to laws, we must learn to write in order to participate in the range of experiences available to us as human beings. Our spiritual lives, our economic success, and our social networks are all directly affected by our willingness to do the work necessary to acquire the skill of writing. In a very real way neither our democracy nor our personal freedoms will survive unless we as citizens take the time and make the effort needed to learn how to write.” -- Mantan Senator, Bob Kerry
(National Commission on Writing)
Sebagai profesional, kita dituntut untuk selalu berhubungan dengan pihak lain. Berhubungan dengan pihak lain dilakukan dengan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dengan baik, benar, efektif dan efisien adalah tuntutan mutlak bagi kemajuan karir, enterpreneurship dan leadership. Itu sebabnya orang-orang yang punya karir bagus, pengusaha sukses dan para pemimpin besar bisa dipastikan hebat dalam berbicara, menulis, membaca dan mendengar.
Kita bisa memastikan hal itu dengan melihat berbagai fakta sejarah dari orang-orang terkenal. Lihatlah Adolf Hitler, Mussolini, Bung Karno, Bung Hatta, RA Kartini, Fidel Castro, Saddam Husein, Kwik Kian Gie, Gde Prama, Rhenald Kasali, Bondan Winarno atau Hermawan Kertajaya. Itu semua masih terlalu sedikit untuk mewakili semua contoh nyata.
Pidato mereka begitu terkenal, menjadi inspirasi dan didengar oleh banyak orang. Kata-kata mereka menjadi kutipan abadi. Buku, tulisan dan bahkan surat-surat pribadi mereka menjadi best seller sepanjang zaman. Mereka telah membaca begitu banyak literatur dan referensi. Apa yang mereka baca selalu dianjurkan untuk dibaca oleh semua orang lain hanya karena mereka membacanya, dengan harapan kemampuan mereka bisa diwarisi oleh para pengikutnya. Lebih dari itu, mereka adalah orang-orang yang sangat pandai dalam mendengarkan orang lain, situasi dan keadaan. Mereka adalah para ahli dalam berkomunikasi.
Mengapa toko buku tak pernah sepi dari pengunjung? Mengapa sepatah dua patah kata dari para tokoh dan selebriti selalu diharapkan dalam setiap event? Mengapa kursus bahasa Inggris dan ilmu komputer begitu laris? Mengapa iklan di media massa dipandang sebagai cara efektif untuk mendongkrak penjualan? Mengapa narasumber tertentu begitu sibuknya menjawab pertanyaan konsultasi atau memberikan seminar dan pelatihan? Kuncinya adalah fakta bahwa setiap orang secara alamiah sangat menghargai kemampuan berkomunikasi!
Jika kita cermati, kemampuan berkomunikasi dikembangkan dari empat modal pokok yaitu:
- Listening atau mendengar;
- Speaking atau berbicara;
- Reading atau membaca; dan
- Writing atau menulis.
Perhatikan bahwa empat modal dasar di atas tidak pernah berdiri sendiri. Perhatikan pula bahwa urut-urutannya tidak bisa ditentukan dengan ranking. Anda pasti yakin bahwa sekalipun writing atau menulis dalam modal dasar di atas diletakkan di baris akhir, keberadaannya harus tetap merupakan satu kesatuan dengan modal dasar lainnya secara proporsional dan berimbang. Apa yang harus kita lakukan adalah mencapai keseimbangan itu dengan menulis sebanyak kita berbicara, mendengar dan membaca. Anda bisa mencapai apa yang Anda cita-citakan dalam karir, enterpreunership dan leadership hanya jika Anda memiliki bekal yang lengkap. Salah satunya, adalah kemampuan menulis.
Mengapa harus Menulis?
Dalam berkomunikasi lisan, kita menyampaikan ide kepada orang lain. Komunikasi itu hanya akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak disampaikan memang bisa tepat sama dengan apa yang dipersepsi oleh pihak penerimanya. Dalam menulis, kata-kata adalah batu bata dalam berkomunikasi yang memiliki fungsi sama. Berbicara kepada anak-anak membutuhkan bahasa lisan yang bisa dimengerti dan dipahami oleh anak-anak. Berbicara kepada orang tua dari kaum profesional menuntut hal yang sama. Begitu pula dengan menulis. Jika Anda sudah berbicara seumur hidup Anda, maka Anda sangat mungkin tidak menghadapi kendala dalam berkomunikasi lisan. Akan tetapi, jika akumulasi aktivitas menulis Anda hanya 3 tahun sementara usia Anda sudah 25 tahun atau lebih, maka Anda sangat mungkin mengalami berbagai kesulitan dalam berkomunikasi secara tertulis. Sebabnya hanya satu, jam terbang Anda dalam menulis masih terhitung rendah. Maka sekali lagi, kita tidak punya pilihan lain kecuali mencoba untuk menulis sebanyak kita membaca, sebanyak kita mendengar dan sebanyak kita berbicara.
Formulir, laporan, proposal, hasil pertemuan, perjanjian, pernyataan, research memo, judicial review dan sebagainya jelas menuntut keahlian menulis yang baik. Itu artinya perlu latihan, brainstorming dan diskusi. Salah satu media latihan yang terbaik adalah menulis di berbagai media seperti jurnal, majalah, surat kabar dan sebagainya atau bahkan menulis buku. Maka, menulis menjadi bagian tak terpisahkan dari profesi seseorang.
Francis Bacon (filsuf Inggris yang disebut sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan Modern) mengatakan “reading maketh a full man, conference a ready man, and writing an exact man”. Oleh sebab itu, pengetahuan dan keahlian seseorang akan dapat dikembangkan dengan akurat dan efektif melalui kegiatan menulis dari pada sekedar membaca atau berdiskusi saja.
Ingatlah kembali bagaimana sulitnya Anda saat masih di Taman Kanak-kanak, saat di SD, SMP, SMA atau bahkan di bangku kuliah. Anda telah belajar dengan keras, susah payah atau bahkan menyakitkan. Mulanya Anda hanya dituntut untuk bisa berkata-kata. Kemudian Anda diperkenalkan pada huruf dan simbol. Selanjutnya Anda dituntut untuk selalu membaca. Pada saat yang sama, Anda juga mulai dituntut untuk mulai menulis dan mendengarkan orang lain dengan lebih baik. Memasuki SMP, Anda diharapkan sudah menguasai semuanya.
Sejak saat itu Anda mulai menguasai semuanya. Anda mulai pintar membaca, mendengar orang lain lewat debat dan diskusi, mulai pandai berbicara dan sesekali menulis. SEKALI-SEKALI? Ya Anda hanya menulis sekali-sekali saja! Coba Anda hitung dan bandingkan porsi Anda dalam membaca, mendengar atau berbicara dengan menulis. Anda pasti terkejut bahwa aktivitas menulis Anda tidak akan mencapai 25% dari keseluruhan aktivitas Anda. Dalam banyak hal, pekerjaan menulis laporan atau proposal bahkan sudah menjadi semacam alergi bagi Anda sendiri. Apa yang terjadi?
Yang terjadi sesungguhnya adalah ketidakseimbangan dalam perkembangan kemampuan Anda. Dan dalam hal ini, Anda telah menyia-nyiakan apa yang sudah Anda peroleh sejak kecil dengan mengembangkannya tanpa memperhatikan proporsi. Kemampuan menulis itu penting. Penting bagi karir Anda, penting bagi cita-cita Anda dan penting bagi karakter kepemimpinan Anda.
Perhatikan grafik berikut ini. Grafik ini tidak dibuat berdasarkan data-data, namun demikian kita bisa sangat yakin bahwa fenomena ini memang nyata adanya.
Selama sekolah Anda masih mungkin bisa menyeimbangkan kemampuan dalam menulis, membaca, mendengar dan berbicara. Akan tetapi begitu kita memasuki dunia karir dan wilayah kerja, perkembangan kemampuan menulis Anda mulai tertinggal jauh dari kemampuan Anda dalam membaca, mendengar dan berbicara. Sengaja atau tidak, aktivitas menulis Anda hanya dibatasi pada laporan, formulir atau proposal. Padahal, kemampuan Anda yang lain terus tumbuh dan berkembang. Maka, sangat mungkin kemampuan menulis Anda menjadi stagnan atau bahkan menurun. Cepat atau lambat, sesuai karakteristiknya penurunan kemampuan dalam menulis justru berkembang menjadi hambatan bagi kemajuan kemampuan membaca, mendengar dan berbicara.
Tidak menulis berarti Anda telah menyia-nyiakan kemampuan dasar yang sudah Anda peroleh di masa-masa awal pendidikan Anda. Dengan kata lain, telah terjadi penyimpangan dari rencana hidup atau blue print Anda sendiri, yang semestinya dikembangkan secara paralel dan seimbang!
Berikut ini adalah fakta-fakta tentang pentingnya menulis bagi keberhasilan seorang profesional.
Hackett, Betz dan Doty (1985), dalam sebuah buku mereka mengungkapkan bagaimana karir seseorang bisa dikembangkan melalui sebuah matriks seperti berikut ini.
Communication Skill Career Advancement Skill
Interpersonal Skill Job-Specific Skill
Political Skill Adaptive-Cognitve Skill
Administrative and Leadership Skill Career Management Skill
Kemampuan menulis adalah bagian yang tak terpisahkan dari pengembangan Job-Specific Skill. Oleh sebab itu, mereka meletakkan kemampuan menulis sebagai salah satu unsur utama. Kemampuan menulis bisa dikembangkan dengan cara-cara:
- Sering menulis berdasarkan kegunaan (purpose) spesifik atau audience spesifik;
- Memahami fakta bahwa “menulis” adalah “menengok kembali” (writing is revising). Dengan kata lain, menulis adalah memperdalam keahlian Anda;
- Memperoleh pengalaman editing yang akan bermanfaat tidak hanya untuk menulis akan tetapi secara keseluruhan bermanfaat untuk pengembangan kemampuan riset dan auditory atau observasi;
- Mempublikasikan tulisan.
Seorang pakar komunikasi, Donna M. Mc. Cune mengungkapkan pengalamannya. Bisa jadi Anda adalah seorang profesional yang hebat. Berapa lamakah karir Anda akan tetap bersinar? 10 tahun? 20 tahun? 30 atau 50 tahun? Jika profesi Anda menuntut pemikiran yang hebat, atau jika Anda harus bekerja dengan tangan atau kaki Anda, Anda mungkin masih bisa melakukannya dengan baik saat ini. Bagaimana dengan 20 atau 30 tahun lagi? Anda jelas tidak akan bisa bertahan hanya dengan menekan-nekan tombol keyboard di depan komputer untuk melakukan entry atas hal-hal yang sama sepanjang hidup Anda. Jika Anda bercita-cita menjadi petani atau traveller pengeliling dunia, Anda pun sudah harus mempersiapkannya dari sekarang. Lebih dari itu, ada satu hal yang bisa amat membantu mencapai apapun cita-cita Anda di masa depan dan pada saat yang sama menyelesaikan berbagai tugas Anda di masa sekarang dengan lebih baik, yaitu lebih sering menulis.
Jika kita perhatikan baik-baik, tingkatan achievement yang dianggap paling tinggi bagi seorang profesional adalah membagi semua ilmu yang dimiliki kepada orang lain. Itu sebabnya setiap orang hebat di dunia pada akhirnya akan menulis buku atau menjadi public speaker yang berbicara di depan orang banyak. Artinya, hampir bisa dipastikan bahwa karir setiap profesional akan bermuara pada aktivitas berbicara dan menulis. Menjadi pembicara atau penulis. Seorang S3 pada akhirnya harus mampu berbicara dan menulis dengan baik. Seorang pedagang asongan yang sempat menjadi konglomerat pun demikian. Maka, menulis adalah alat survival.
Anda harus percaya, muara manapun yang Anda pilih – pembicara atau penulis, kemampuan menulis adalah tulang punggungnya. Masalahnya, apa yang sudah Anda persiapkan mulai sekarang, sementara kita mengetahui bahwa aktivitas menulis Anda terbilang minim?
Pada tahun 1988, sebuah survey melaporkan bahwa 79% dari eksekutif yang menjadi objek survey mengungkapkan bahwa menulis adalah kemampuan yang paling diabaikan dalam dunia bisnis. Padahal menurut mereka, keahlian menulislah yang justru paling penting dalam konteks produktifitas.
Pada tahun 1989, seberkas white paper berjudul “Perspectives on Education: Capabilites for Success in Accounting Profession” mengungkapkan bahwa semua dari 8 besar kantor akuntan publik (Big-8 Firms) menyepakati bahwa akademi dan universitas manapun semestinya menyediakan suatu kurikulum, yang bisa mengembangkan kemampuan komunikasi para siswa.
Pada tahun 1990, Accounting Education Change Commission, menggaungkan sentimen yang sama sekali lagi dalam “Objectives of Education for Accountants: Position Statement Number One.” Para siswa, calon akuntan dan para profesional yang menunjukkan kemampuan komunikasi yang kuat, secara tegas menunjukkan keunggulan dalam pasar tenaga kerja dan berkecenderungan lebih berhasil di sepanjang karirnya. Keahlian komunikasi dalam bentuk tertulis yang kuat akan bermuara pada job placement yang lebih baik, diperolehnya kepercayaan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar, kepuasan kerja yang lebih besar, hasil yang lebih tinggi dalam job performance evaluations dan kemajuan karir yang lebih pesat. Kemampuan menulis yang tidak jelas, ambiguous dan tak terorganisir dengan baik akan menghasilkan kerugian berupa turunnya tingkat kepercayaan supervisor atau client’s goodwill.
US Labor Departement (Depnakernya Amrik) memberikan catatan bahwa sebagian besar bidang profesi dan pekerjaan di masa yang akan datang, akan menuntut kemampuan menulis sebagai salah satu syarat utama. Dunia kerja terus berubah dan yang akan survive adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dalam komunikasi, tanpa memandang bidang pekerjaannya (1991).
Pada tahun 1992, Associated Press melaporkan hasil sebuah survey yang dilakukan terhadap 402 perusahaan. Survey itu mengungkapkan bahwa para eksekutif memberi penghargaan tertinggi pada kemampuan menulis namun dalam kenyataannya, 80% pegawai mereka berada pada tingkat memprihatinkan sehingga harus di upgrade kemampuan menulisnya. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 20% dibandingkan hasil survey yang sama tahun 1991.
Tahun 1993, Olsen Corp. – sebuah perusahaan penempatan tenaga kerja – melakukan sebuah survey yang menunjukkan bahwa 80% dari 443 pegawainya memerlukan pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
Berbagai studi menunjukkan bahwa sepertiga dari kantor akuntan publik di Amerika ternyata tidak puas terhadap kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh para akuntan baru. Salah satu dari studi itu menunjukkan bahwa kemampuan menulis yang buruk ternyata memiliki peran sebagai penyebab para akuntan entry-level kehilangan pekerjaannya (Kim, “Accountants as Communicators,” Trusted Professional, edisi Desember 1998).
Dari 19 karakteristik yang dipersyaratkan recruiter kantor akuntan publik, teridentifikasi bahwa kemampuan menulis menempati urutan kelima paling penting sebagai karakteristik penentu dalam penyaringan awal calon akuntan baik di kampus-kampus maupun dalam proses interview. Kemampuan menulis memiliki ranking yang lebih tinggi dari pada kemampuan teknis, keanggotaan dalam Beta Alpha Psi, pengalaman kerja dan reputasi almamater (Moncada dan Sanders, “Perceptions in the Recruiting Process,” CPA Journal, edisi Januari 1999).
Dari 22 macam keahlian yang dianggap kritis dalam bisnis dan ekonomi, praktisi akuntansi me-ranking kemampuan komunikasi tertulis sebagai keahlian yang paling penting untuk dikembangkan di lingkungan mahasiswa (Albrecht dan Sack, “Accounting Education: Charting the Course through a Perilous Future” Agustus, 2000).
Menurut sebuah survey dari majalah Fortune 500, para senior tax executives menemukan bahwa kemampuan menulis adalah termasuk atribut yang paling penting dalam proses perekrutan (Paice dan Lyons, “Addressing the People Puzzle,” Financial Executive, edisi September 2001).
Kemampuan menulis yang sempurna secara jelas membedakan high performers dalam bidang konsultasi perpajakan dari orang-orang yang semata-mata menginterpretasikan dan menerapkan aturan perpajakan (Sherrie Winokur, Tax Partner, Pricewaterhouse Coopers.)
Sebuah survey dilakukan oleh suatu tim dari Southern Utah University terhadap 90.000 anggota AICPA (American Intitute of Certified Public Accountants) dan IMA (Institute of Management Accountants). Dari 2.181 respon yang masuk seluruhnya menunjukkan bahwa “writes well” – kemampuan menulis yang baik - adalah satu dari tujuh keahlian yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap akuntan khususnya di tingkat entry level. Enam atribut lainnya, ternyata juga kembali pada faktor pentingnya kemampuan menulis yaitu kemampuan mendengar secara efektif, kemampuan menggunakan tata bahasa yang baik dalam berbicara dan menulis, kemampuan membuat dokumen dengan ejaan yang tepat, kemampuan mengajukan pertanyaan yang tepat saat berhadapan dengan klien, kemampuan untuk mengorganisir informasi ke dalam kalimat dan paragraf, dan kemampuan untuk menggunakan vocabulary bisnis dengan benar.
National Commission on Writing di Amerika Serikat (beranggotakan lebih dari 4.300 sekolah dan perguruan tinggi) mengungkapkan beberapa hal berkaitan dengan perlunya “revolusi dalam menulis” sebagaimana disarikan berikut ini.
Grammar atau tata bahasa, retorika dan logika adalah dasar-dasar yang membangun proses real learning dan self-knowledge. Artinya, semua itu adalah dasar bagi pengembangan proses belajar yang nyata dan bagi pengembangan karir pribadi seseorang. Kemampuan untuk mengatakan sesuatu secara benar, baik dan masuk akal adalah nilai dasar bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, menulis dengan baik adalah sebuah kemampuan yang tidak boleh ditinggalkan atas dasar tiga pilar utama sebagai berikut.
Pertama, aktivitas menulislah yang telah merubah dunia. Berbagai revolusi di dunia dimulai dari menulis. Dalam banyak hal, menulis telah meningkatkan taraf hidup manusia secara keseluruhan, apapun bidang yang dirambahnya. Dalam faktanya, segala hal yang menekan dan terjadi dalam sejarah selalu mendorong orang untuk kembali ke tinta dan alat tulis.
Kedua, aktivitas menulis secara nyata telah terbukti memperkaya kehidupan politik setiap negara. Para pemimpin besar telah memadukan unsur kekuatan dan persuasi yang bisa mendorong orang melihat berbagai hal dari sudut-sudut baru yang lebih baik. Mereka telah menggunakan kekuatan kata, bahasa dan tulisan untuk mengingatkan kembali perlunya berbagai standar yang lebih tinggi guna mencapai kesejahteraan yang lebih baik.
Ketiga, menulis ternyata juga bisa mengungkap secara sangat mendalam berbagai hal yang seringkali orang tidak melihatnya. Padahal, semua hal yang tadinya tak terlihat itu adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan setiap orang.
Menulis adalah sesuatu yang lebih jauh dan dalam dari sekedar menguasai tata bahasa dan tanda baca. Menulis adalah sebuah proses yang dapat mengembangkan kemampuan dalam berpikir dinamis, kemampuan analitis dan kemampuan membedakan berbagai hal secara akurat dan valid. Menulis bukan hanya sebuah cara untuk mendemonstrasikan apa yang telah diketahui, lebih dari itu menulis adalah cara untuk memahami apa yang telah diketahui. Menulis akan meningkatkan rasa percaya diri, dan rasa percaya dirilah yang akan memunculkan berbagai kreatifitas dan rasa bahagia.
Manfaat pribadi yang bisa diperoleh dengan menulis adalah:
- Koneksi dan jaringan untuk kepentingan karir;
- Pengetahuan yang lebih mendalam;
- Motivasi personal dan sosial yang meningkat;
- Financial reward;
- Kredit akademis;
- Hubungan dengan dunia ilmu yang tak terputus. Ingatlah bahwa ilmu selalu berubah dan berkembang, demikian juga berbagai aturan main dalam dunia usaha, baik aturan formal seperti hukum perpajakan maupun aturan main dalam bisnis;
- Kemampuan yang lebih baik dalam bekerja secara tim (team work);
- Kemampuan yang lebih baik dalam aspek komunikasi yang lain seperti membaca, mendengar dan berbicara;
- Peningkatan dalam kemampuan presentasi;
- Peningkatan percaya diri dan personal branding. Anda menaikkan status dan posisi personal branding dan corporate branding Anda dengan cara yang elegan dan tanpa biaya. Ingatlah bahwa di era sekarang, personal branding adalah hal yang penting.
- Profesional plus. Nilai plus-lah yang bisa memperpanjang karir Anda dan membantu mencapai berbagai harapan dan cita-cita;
- Anda telah membuka pintu-pintu baru bagi masa depan Anda dengan lebih baik, apapun konsepsi Anda tentang masa depan itu. Anda mulai membangun rumah-rumah baru bagi masa depan Anda sendiri;
- Anda siap dengan berbagai argumentasi dan analisis akurat di semua bidang;
- Anda menjalani profesi Anda dengan lebih baik dan dengan masa depan yang lebih baik. Itu pasti;
- Anda sudah mulai membenahi apa-apa yang sudah Anda pelajari sejak kecil dengan bersusah payah dan sempat tersia-sia. Dengan demikian, Anda akan memiliki kemampuan yang seimbang dalam mengembangkan diri dan profesi. Anda akan mampu, survive dan sukses dengan personal branding yang kuat;
- Ini adalah KESEMPATAN bagi Anda untuk BERINVESTASI.
Saya Tidak Punya Waktu
Ungkapan itu sebenarnya berbahaya. Anda mengatakan tidak punya waktu karena mengejar dan menyelesaikan berbagai hal dalam pekerjaan, karir dan cita-cita. Bagaimana mungkin Anda tidak punya waktu untuk sesuatu yang dapat membantu terwujudnya semua itu? Bukan tidak mungkin, waktu Anda yang tersita habis selama ini justru disebabkan karena kekurangoptimalan Anda dalam membaca, mendengar, berbicara dan menulis. Dan menulis, ibarat “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui’. Dengan menulis, Anda memperbaiki dan meningkatkan kualitas Anda dalam membaca, mendengar dan berbicara.
Di samping itu, ada banyak cara yang bisa membantu Anda dengan berbagai hal yang dapat menghemat waktu berharga Anda seperti, teknik wawancara, teknik ghost writing, teknik asistensi dan riset, dan berbagai teknik lain sesuai kesepakatan.
Saya Tidak Berbakat Menulis
Sekali lagi, ungkapan Anda berbahaya. Anda tidak semestinya membangun tembok-tembok bagi pengembangan pribadi Anda sendiri dengan tidak membuka pintu dan peluang baru yang mencerahkan masa depan Anda.
Dalam banyak kasus, berbagai media yang ada seringkali dibangun dan dikembangkan oleh orang-orang teknis yang SAMA SEKALI tidak berlatar belakang dunia tulis-menulis. Para kontributor mereka pun demikian. Itu sebabnya media-media itu tidak melulu berpaling pada orang-orang dari dunia jurnalistik. ANDALAH orang yang paling tepat untuk menulis. Anda adalah jurnalis.
Tidak ada yang bisa menjanjikan bahwa tulisan Anda akan fenomenal. Tapi siapapun bisa menjamin bahwa tulisan Anda bisa diperbaiki menjadi sesuatu yang lebih menguntungkan Anda.
Saya Tidak Boleh Menggunakan Nama Perusahaan dalam Menulis
Anda boleh memilih untuk anonymous. Anda bisa menggunakan nama “Si Keren Ujang” misalnya, dan jika tulisan Anda sudah mulai diminati, maka cepat atau lambat “Si Keren Ujang” akan identik dengan nama Anda sendiri. Ingatlah bahwa menulis adalah investasi dan kesempatan itu sering diberikan dengan free.
Bidang Saya Tidak Terkait dengan Apa yang harus Ditulis
Hampir semua bidang menjadi aspek mendasar dalam kehidupan setiap masyarakat dan bangsa. Profesi Anda juga pasti bisa dikaitkan ke sana. Oleh karena itu dunia tertentu bisa ditinjau dari segala aspek dan profesi yang ada. Anda bisa memandangnya dari segi hukum, seni, ekonomi, manajemen, sumber daya manusia, sosiologi, psikologi, pertanian, peternakan, perikanan dan sebagainya.
Anda ungkapkan saja ide-ide yang Anda punya sesuai bidang Anda, mereka akan membuatnya menjadi wacana. Anda bahkan cukup berbicara tentang dunia Anda, merekalah yang akan membumbuinya dengan aspek bidang mereka.
Saya Pernah Menulis dan Ditolak
Pada prinsipnya, apa yang dilakukan adalah bukan penolakan. Media sangat memahami bahwa setiap pemikiran dan ide semestinya bisa diungkapkan dan dirilis kepada publik. Hanya saja seringkali mereka dengan terpaksa harus mendahulukan tulisan yang siap rilis. Anda hanya ditantang untuk bersaing, tulisan Anda atau tulisan orang lain. Itu saja. Ada media yang mungkin siap mengolah kembali tulisan Anda dari keadaan seadanya dan menjadikannya alat investasi bagi Anda. Sebab, mereka memahami bahwa dunia di luar sana amat membutuhkan buah pikir Anda.
Kompensasinya Masih rendah
Tergantung cara pandang dan orientasi Anda.
Tidak Bisa Menuangkan Ide
Hampir semua media mengembangkan berbagai cara untuk bisa menjadi wadah bagi aliran ide dan pemikiran Anda. Pada prinsipnya, mereka akan mencoba berbagai hal untuk bisa menangkap ide Anda. Bila perlu, mereka menerapkan metode wawancara atau ghost writing. Yang penting, Anda punya sesuatu yang juga penting.
Saya Nggak PD
Menulis adalah salah satu cara terbaik untuk menaikkan PD Anda secara elegan dan profesional. Justru karena itulah Anda harus menulis.
Saya Sudah Menulis di Tempat Lain
Yakinlah tidak ada satu media pun yang melarang seorang penulis untuk menulis di media lain. Setidaknya hal itu bisa ditengahi dengan berbagai kesepakatan. Mereka tidak ingin melakukan hal itu. Anda bebas menulis di media lain. Mereka hanya beranggapan bahwa mereka adalah salah satu media dari semua media yang ada, dan mereka amat memahami fokus dan keunikannya masing-masing sebagai sebuah media. Yang jelas, dengan menulis Anda sudah menambah nilai plus bagi personal branding Anda.
Saya Adalah Penulis Buku dan Bukan Penulis Artikel Pendek
Dalam banyak hal, Anda mungkin punya ide atau gagasan yang tidak cukup panjang dan dalam untuk dijadikan sebuah buku. Atau sebaliknya, sebuah buku Anda bisa Anda sarikan dalam bentuk yang lebih pendek berupa artikel. Ini berarti promosi bagi buku Anda sendiri. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk menulis artikel cenderung lebih singkat. Sementara itu, kontak Anda dengan pembaca cenderung bisa lebih ditingkatkan frekuensinya. Ini akan sangat menguntungkan bagi buku-buku Anda di masa depan. Dan jika Anda cukup sering menulis, koleksi artikel Anda itu bisa Anda jadikan buku di kemudian hari.
Saya Tidak Menguasai Aturan Main di Bidang Itu
Mungkin Anda benar. Akan tetapi, dengan sedikit menggali Anda pasti bisa meyakini bahwa Anda adalah satu dari sedikit orang yang memahami aturan mainnya – apapun bidang itu. Artinya, pemikiran Anda tetap dibutuhkan oleh banyak orang yang jauh lebih awam daripada Anda sendiri.
Media Itu Tidak Blak-Blakan
Ini adalah kendala yang dihadapi setiap media selama hidupnya. Visi dan misi setiap media mengharuskan mereka berdiri pada posisi yang netral dengan asumsi bahwa posisi ini akan memberi manfaat yang lebih besar bagi semua sistem dan budaya serta bagi semua khalayak yang terlibat di dalamnya. Pada prinsipnya, setiap media harus mengungkapkan apa adanya, namun demikian hal itu harus dilakukan dengan bijaksana tanpa dikotori oleh unsur SARA misalnya. Adalah tanggung jawab mereka untuk mengungkapkan sesuatu yang blak-blakan dalam cara yang lebih konstruktif, Anda tetap bisa berbicara blak-blakan. Namun Anda harus memahami, bicara blak-blakan yang tidak disertai dengan kebijaksanaan akan lebih destruktif sifatnya. Oleh karena itu, banyak media lebih memilih pendekatan yang bijaksana, sistemik dan ilmiah. Ini saatnya rekonsiliasi dan bukan saling menyakiti.
Saya Lebih Suka Menulis Fiksi
Ada yang sudah menyediakan tempatnya, dan mereka akan mencoba mentransformasikan ide dan gagasan Anda ke dalam “format mereka”.
Tidak Ada Komputer untuk Menulis
Anda tidak bisa beralasan seperti itu. Banyak media juga menerima kontribusi dalam bentuk tulisan tangan. Bahkan, ada juga yang menerima ide dan gagasan dalam bentuk suara atau gambar.
Sudah Terlambat bagi Saya untuk Menulis
Tidak. Inilah saatnya di mana Anda bisa menuangkan segala ide dan gagasan Anda demi masa depan diri sendiri dan demi masa depan bangsa ini. Jika Anda sebagai ahlinya tidak mau berbicara, maka segala cita-cita termasuk cita-cita pribadi Anda, akan terkendala.
Kesimpulan
Raihlah tingkatan tertinggi dalam kemampuan profesi. Jadilah orang yang eksak. Bicaralah kepada yang sudah mati, kepada yang tidak hadir dan kepada yang belum lahir. Apapun profesi Anda, Anda harus mulai menulis.
Dari berbagai sumber.
Ikhwan Sopa
Majalah Indonesian Tax Review.
"Hanya ada satu jalan untuk meningkatkan kemampuan menulis, yaitu menulis. Apa saja."
Ikuti diskusi tentang dunia tulis-menulis
Sering kali aku berkata
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan-NYA,
bahwa rumahku hanya titipan-NYA,
bahwa hartaku hanya titipan-NYA,
bahwa putraku hanya titipan-NYA,
tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa DIA menitipkan padaku?
Untuk apa DIA menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk
milik-NYA ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali
oleh-NYA ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa
itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah ...semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah ...keadilan dan kasih-NYA harus berjalan seperti
matematika
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan DIA seolah mitra dagang,dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak
keputusan-NYA yang tak sesuai keinginanku,
Gusti,
padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah
untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan
sama saja"
Read More...
Sehat Ala....Rasulullah
1. SELALU BANGUN SEBELUM SUBUH Rasul selalu mengajak ummatnya untuk
bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu,sholat
subuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain :
- Berlimpah pahala dari Allah
- Kesegaran udara subuh yg bagus utk kesehatan/ terapi penyakit TB
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan
2. AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN
Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jumaat
beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan
berminyak wangi. "Mandi pada hari Jumaat adalah wajib bagi setiap
orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai
harum-haruman"(HR Muslim)
3.TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN Sabda Rasul :
"Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami
makan tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)"(Muttafaq Alaih)
Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda :
Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk
makanan.Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dengan adanya
Puasa Ramadhan untuk menyeimbangkan kesehatan
4. GEMAR BERJALAN KAKI
Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi
rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan
mengalir,pori-pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Ini
penting untuk mencegah penyakit jantung
5. TIDAK PEMARAH
Nasihat Rasulullah : "Jangan Marah"diulangi sampai 3 kali. Ini
menunujukkan hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah
belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan
jiwa. Ada terapi yang tepat untuk menahan marah :
- Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk
maka berbaring
- Membaca Ta 'awwudz, karena marah itu dari Syaithon
- Segeralah berwudhu
- Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati
6. OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA
Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi
kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta
tawakal kepada Allah SWT
7. TAK PERNAH IRI HATI
Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi
iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat.
::Ya Allah,bersihkanlah hatiku dari sifat sifat mazmumah dan hiasilah
diriku dengan sifat sifat mahmudah...::
Kalau rajin... Tolong sebarkan maklumat ini kepada saudara Muslim Muslimat
yang lain agar menjadi renungan dan pelajaran kepada kita semua. Ilmu yang
bermanfaat ialah salah satu amal yang berkekalan bagi orang yang
mengajarnya meskipun dia sudah meninggal dunia
wallahu'alam....
Read More...
Friday, July 3, 2009
Ingin Mendapat Hikmah?
Hikmah adalah harta umat Islam yang hilang. Kita dianjurkan mencari hikmah oleh Rasul yang mulia, Muhammad saw. Kita dianjurkan pula untuk mengambil hikmah dari manapun. Begitu pentingnya anjuran untuk mencari hikmah, sampai-sampai Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Jikalau hikmah itu ada di dalam gunung, niscaya akan aku goncangkan gunung itu!"
Bagaimana caranya untuk mendapat hikmah? Mari kita buka al-Qur'an. QS al-Baqarah ayat 261 sampai dengan ayat 268 berbicara tentang infak dan sedekah.Pada ayat 269 tiba-tiba Allah mengalihkan topik pembicaraan ke hal lain. Ayat 270 sampai dengan 274 pada surat yang sama kembali berbicara tentang sedekah dan infak.
Help file produced by WebTwin (www.webtwin.com) HTML->WinHelp converter. This text does not appear in the registered version.
Menurut hemat saya, tentu ada rahasia tersendiri ketika Alah tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Inilah ayat 269 itu: "Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."
Ternyata, di antara kumpulan ayat mengenai sedekah dan infak, Allah cantumkan ayat tentang hikmah. Ini berarti, wa Allahu a'lam, berinfak dan bersedekah menjadi kriteria penting jika kita ingin meraih hikmah.
Rupanya untuk mencari "harta" (baca: hikmah) umat Islam yang hilang itu, umat Islam dianjurkan untuk menyedekahkan hartanya terlebih dahulu.
Jangan-jangan anda tak perlu mengguncang gunung untuk mencari hikmah. Hikmah di masa sekarang bukan bersembunyi di dalam gunung.. Ia hadir di sekeliling kita. Ia hadir pada tangan yang menengadah meminta belas kasih, ia muncul di wajah-wajah nestapa akibat menahan lapar, ia hinggap di rumah-rumah yang pemiliknya baru saja di PHK, ia hadir dalam senyum penghuni panti asuhan. Ia mengalir bersama derasnya aliran air mata mereka yang tidur di bawah kolong jembatan. Berikan sedikit harta kita (yang sebenarnya merupakan hak mereka), insya Allah akan anda temukan hikmah. Bila anda sudah temukan hikmah itu, maka sesuai QS 2: 269, anda telah mendapat karunia yang banyak dari sisi Allah swt.
Help file produced by WebTwin (www.webtwin.com) HTML->WinHelp converter. This text does not appear in the registered version.
Cara-Cara Jin Mengganggu Manusia Dan Bagaimana Melindungi Diri Darinya
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah jin dapat memberikan pengaruh kepada manusia, dan bagaimana cara melindungi diri dari mereka?
Jawaban
Tidak diragukan bahwa jin dapat memberikan pengaruh kepada manusia dengan gangguan yang adakalanya bisa mematikan, adakalanya mengganggu dengan lemparan batu, dengan menakut-nakuti manusia, dan hal-hal lainnya yang disahkan oleh sunnah dan ditunjukkan oleh kenyataan. Diriwayatkan secara sah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan seorang sahabatnya untuk pergi kepada keluarganya dalam suatu peperangan –yang saya kira perang Khandaq-, Ia seorang pemuda yang baru saja menikah. Ketika sampai di rumahnya, ternyata istrinya ada di depan pintu. Ia mengingkari perbuatan istrinya itu, lalu berkata kepadanya, “Masuklah!”. Ketika pemuda ini masuk, ternyata seekor ular melingkar di atas tempat tidur. Dengan tombak yang berada di tangannya, ia menikam ular tersebut dengan tombak tersebut hingga mati. Dalam waktu bersamaan –yakni pada saat ular itu mati- maka pria ini juga mati. Perawi tidak tahu, mana yang lebih dulu mati ; ular atau orang itu. Ketika berita itu sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau melarang membunuh ular yang berada di rumah kecuali ular yang ganas dan berbisa. Beliau bersabda.
“Sesungguhnya di Madinah terdapat para jin yang telah masuk Islam. Jika kalian melihat sesuatu dari mereka, maka izinkanlah ia selama tiga hari. Jika ia menampakkan diri kepadamu sesudah itu, maka bunuhlah. Sebab, sesungguhnya ia adalah setan” [HR Muslim, no. 2226, kitab As-Salam]
Ini dalil yang menunjukkan bahwa jin itu adakalanya menzhalimi manusia dan menggangggu mereka, sebagaimana fenomena membuktikan hal itu. Berita-berita telah mutawatir dan sangat banyak menyebutkan bahwa manusia adakalanya memasuki rumah-rumah kosong lalu dilempar dengan batu padahal manusia tidak melihat seseorangpun di dalam rumah kosong itu. Adakalanya ia mendengar suara-suara dan adakalanya mendengar desingan lembut seperti suara pohon serta sejenisnya yang membuat ketakutan dan terganggu karenanya.
Demikian pula adakalanya jin memasuki tubuh manusia, baik dengan kecintaan, untuk bermaksud mengganggunya maupun sebab-sebab lainnya. Ini diisyaratkan oleh firman-Nya.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti beridinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila” [Al-Baqarah : 275]
Pada jenis ini adakalanya jin berbicara dari batin manusia itu sendiri, berbicara kepada siapa yang membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di hadapannya, adakalanya pembaca Al-Qur’an mengabil janjinya supaya tidak kembali lagi, dan perkara-perkara lainnya yang banyak diberitakan oleh riwayat-riwayat dan tersebar di tengah-tengah manusia. Atas dasar ini maka benteng yang dapat menghalangi dari kejahatan jin ialah seseorang membaca apa yang direkomendasikan oleh Sunnah yang dapat membentengi diri dari mereka, semisal ayat Kursi. Sebab, jika seseorang membaca ayat Kursi, pada suatu malam, maka ia senantiasa mendapat penjagaan dari Allah dan setan tidak mendekatinya hingga Shubuh. Dan, Allah adalah Maha Pemelihara.
[Fatawa Al-Ilaj Bi Al-Qur’an wa As-Sunnah ar-Ruqa Wama Yata’allaqu Biha, hal. 65-66]
TIDAK MUNGKIN MANUSIA BIASA BISA MELIHAT JIN
Oleh
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Apakah mungkin jin menampakkan diri kepada manusia dalam aslinya?
Jawaban
Itu tidak mungkin untuk manusia biasa. Sebab jin adalah ruh tanpa jasad. Ruh mereka sangat lembut yang dapat terbakar oleh pandangan mata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka” [Al-A’raf : 27]
Sebagaimana halnya kita tidak melihat para malaikat yang menyertai kita yang mencatat amal, dan kita tidak melihat setan yang mengalir dalam tubuh manusia pada aliran darah. Tetapi jika Allah memberi keistimewaan kepada seseorang dengan keistimewaan kenabian, maka ia dapat melihat malaikat. Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Jibril, ketika turun kepadanya, sedangkan manusia di sekitarnya tidak melihatnya.
Adapun dukun dan sejenisnya maka jin adakalanya menyamar menjadi salah seorang dari mereka, kemudian sebagian jin memperlihatkannya, dengan mengatakan, “Jin telah datang kepada fulan”. Jadi bukan manusia yang melihatnya, melainkan jin yang menyamar kepadanya itulah yang melihatnya dan mengabarkan siapa yang berada di sekitarnya.
[Fatwa Syaikh Abdullah bin Jibrin yang beliau tanda tangani]
[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dk
METODE SALAF DALAM MENERIMA ILMU
Oleh
Syaikh Abdul Azhim Badawi
“Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” [Al-Ahzab : 36]
Dari fenomena yang tampak pada saat ini, (kita menyaksikan) khutbah-khutbah, nasehat-nasehat, pelajaran-pelajaran banyak sekali, melebihi pada zaman para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tabi’in (orang-orang yang berguru kepada para sahabat) serta tabiut tabiin (orang-orang yang berguru kepada tabi’in). Namun bersamaan itu pula, amal perbuatan sedikit. Sering kali kita mendengarkan (perintah Allah dan RasulNya) namun, sering juga kita tidak melihat ketaatan, dan sering kali kita mengetahuinya, namun seringkali juga kita tidak mengamalkan.
Inilah perbedaan antara kita dan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tabiin dan tabiut tabiin yang mereka itu hidup pada masa yang mulia. Sungguh pada masa mereka nasehat-nasehat, khutbah-khutbah dan pelajaran-pelajaran sedikit, hingga berkata salah seorang sahabat.
“Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala memberikan nasehat mencari keadaan dimana kita giat, lantaran khawatir kita bosan” [Muttafaqun Alaihi]
Di zaman para sahabat dahulu sedikit perkataan tetapi banyak perbuatan, mereka mengetahui bahwa apa yang mereka dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wajib diamalkan, sebagaimana keadaan tentara yang wajib melaksanakan komando atasannya di medan pertempuran, dan kalau tidak dilaksanakan kekalahan serta kehinaanlah yang akan dialami.
Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu, menerima wahyu Allah ‘Azza wa Jalla dengan perantaraan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sikap mendengar, taat serta cepat mengamalkan. Tidaklah mereka terlambat sedikitpun dalam mengamalkan perintah dan larangan yang mereka dengar, dan juga tidak terlambat mengamalkan ilmu yang mereka pelajari dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Inilah contoh yang menerangkan bagaimana keadaan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala mendapatkan wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla. Para ahli tafsir menyebutkan tentang sebab turunnya ayat dalam surat Al-Ahzab ayat 36 ini (dengan berbagai macam sebab) , saya merasa perlu untuk menukilnya, inilah sebab turunnya ayat itu :
Para ahli tafsir meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menginginkan untuk menghancurkan adanya perbedaan-perbedaan tingkatan (kasta) di antara manusia, dan melenyapkan penghalang antara fuqara (orang-orang fakir) dan orang-orang kaya. Dan juga antara orang-orang yang merdeka (yaitu bukan budak dan bukan pula keturunannya), dengan orang-orang yang (mendapatkan nikmat Allah ‘Azza wa Jalla) menjadi orang merdeka sesudah dulunya menjadi budak.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin menerangkan kepada manusia bahwa mereka semua seperti gigi yang tersusun, tidak ada keutamaan bagi orang Arab terhadap selain orang Arab, dan tidak ada keutamaan atas orang yang berkulit putih terhadap yang berkulit hitam kecuali ketaqwaan (yang membedakan antara mereka). Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla.
“Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” [Al-Hujurat : 13]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanamkan dalam hati manusia mabda’ (pondasi) ini. Dan barangkali, dalam keadaan seperti ini, perkataan sedikit faedah dan pengaruhnya, yang demikian itu disebabkan karena fitrah manusia ingin menonjol dan cinta popularitas. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpendapat untuk menanamkan pondasi ini dalam jiwa-jiwa manusia dalam bentuk amal perbuatan (yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wujudkan) dalam lingkungan keluarga serta kerabat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikarenakan amal perbuatan lebih banyak memberi kesan dan pengaruh yang mendalam dalam hati manusia, dari hanya sekedar berbicara semata.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi kepada Zainab binti Jahsiy anak perempuan bibi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (kakek Zainab dan kakek Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama yaitu Abdul Mutthalib seorang tokoh Quraisy) untuk meminangnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin mengawinkannya dengan budak beliau Zaid bin Haritsah yang telah diberi nikmat Allah menjadi orang merdeka (lantaran dibebaskan dari budak). Lalu tatkala beliau menyebutkan bahwa beliau akan menikahkan Zain bin Haritsah dengan Zainab binti jahsiy, berkatalah Zainab binti Jahsiy : “Saya tidak mau menikah dengannya”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Engkau harus menikah dengannya”. Dijawab oleh Zainab : “Tidak, demi Allah, selamanya saya tidak akan menikahinya”.
Ketika berlangsung dialog antara Zainab dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Zainab mendebat dan membantah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian turunlah wahyu yang memutuskan perkara itu :
“Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” [Al-Ahzab : 36]
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat tersebut kepada Zainab, maka berkatalah Zainab : “Ya Rasulullah ! apakah engkau ridha ia menjadi suamiku ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Ya”, maka Zainab berkata : “Jika demikian aku tidak akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu akupun menikah dengan Zaid”.
Demikianlah Zainab binti Jahsiy menyetujui perintah Allah dan RasulNya, dan hanyalah keadaannya tidak setuju pada awal kalinya, lantaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah menawarkan dan bermusyawarah dengannya. Maka tatkala turun wahyu, perkaranya bukan hanya perkara nikah atau meminang, setuju atau tidak setuju, tetapi (setelah turunnya wahyu), perkaranya berubah menjadi ketaatan atau bermaksiat kepada Allah dan RasulNya.
Tidak ada jalan lain didepan Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu ‘anha (semoga Allah meridhainya), melainkan harus mendengar dan taat kepada Allah dan RasulNya, dan kalau tidak taat maka berarti telah durhaka kepada Allah dan RasulNya, sedangkan Allah berfirman.
“Artinya : Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” [Al-Ahzab : 36]
Demikianlah , sikap para sahabat Nabi dahulu tatkala menerima wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla, adapun kita (berbeda sekali), tiap pagi dan petang telinga kita mendengarkan perintah-peritah serta larangan-larangan Allah dan RasulNya, akan tetapi seolah-olah kita tidak mendengarkannya sedikitpun. Dan Allah Jalla Jalaluhu telah menerangkan bahwa manusia yang paling celaka adalah manusia yang tidak dapat mengambil manfaat suatu nasehat, Allah berfirman.
“Artinya : Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup” [Al-A’la : 9-13]
Dan Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan keadaan orang munafik tatkala mereka hadir dalam majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka hadir dengan hati yang lalai.
“Artinya : Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka ; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” [Al-Munafiqun : 4]
Lalu tatkala bubar dari majelis, mereka tidak memahami sedikitpun, Allah berfirman.
“Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang lebih diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi) : ‘Apakah yang dikatakan tadi ?’ Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka” [Muhammad : 16]
Takutlah terhadap diri-diri kalian ! (wahai hamba Allah), dari keadaan yang terjadi pada orang-orang munafik, berusaha dan bersemangatlah untuk bersikap sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketahuilah ! sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla telah mencela orang-orang yang berpaling dan lalai, sungguh Allah ‘Azza wa Jalla memuji orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu memahami seperti yang dimaksud oleh Allah ‘Azza wa Jalla, lalu mengamalkannya, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman.
“Artinya : Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal” [Az-Zumar : 17-18]
Ketahuilah wahai hamba Allah yang muslim, bahwa tidak ada pilihan bagi kalian terhadap perintah Allah yang diperintahkan kepadamu ! tidak ada lagi pilihan bagimu ! baik engkau kerjakan ataupun tidak.
Tidak ada lagi pilihan bagimu terhadap larangan Allah ‘Azza wa Jalla yang engkau dilarang darinya ! baik engkau tinggalkan ataupun tidak ! Engkau dan apa yang engkau miliki semuanya adalah milik Allah ‘Azza wa Jalla engkau hamba Allah, dan Allah ‘Azza wa Jalla adalah tuanmu. Bagi seorang hamba, hendaknya mencamkan dalam dirinya untuk mendengar dan taat kepada perintah tuannya, sekalipun perintah itu nampak berat atas dirinya. Dan kalau tidak taat, tentu akan mendapatkan murka dari majikannya.
Dan Allah ‘Azza wa Jalla telah meniadakan keimanan dari orang-orang yang tidak ridha dengan hukumNya dan tidak tunduk kepada RasulNya dan perintah RasulNya, Allah berfirman.
“Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nayata” [Al-Ahzab : 36]
Sesudah itu, hendaklah anda (wahai para pembaca yang mulia) bersama dengan saya memperhatikan perbandingan ini :
Kita tadi telah mengatakan : Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu ‘anha untuk meminangnya bagi Zaid bi Haritsah. Awalnya Zainab menolak, karena pinangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya bersifat menolong semata, (bukan perintah). Maka tatkala turun ayat, berubahlah perkaranya menjadi perintah untuk taat (kepada Allah dan RasulNya).
Tidak ada keleluasaan bagi zainab binti Jahsiy sesudah turunnya ayat itu, kecuali (harus) mendengar dan taat. Dan kalaulah perkaranya hanya menolong semata, tentu Zainab binti Jahsiy berhak menolak (jika tidak setuju), karena seorang wanita berhak memilih calon suami, sebagaimana lelaki memilih calon istri, dan inilah yang terjadi pada kisah Barirah :
Dan kisahnya Barirah adalah sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari : “Bahwa ‘Aisyah Ummul Mu’minin Radhiyallahu ‘anha membeli seorang budak bernama Barirah, lalu ‘Aisyah memerdekakannya. Barirah ini mempunyai suami bernama Mughis (dan ia juga seorang budak). Maka tatkala dimerdekakan Barirah mempunyai hak untuk memilih, apakah ia tetap berdampingan dengan suaminya (yang seorang budak), atau bercerai. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pilihan baginya. Ternyata Barirah memilih untuk bercerai dengan suaminya.
Adapun suaminya, sungguh sangat mencintainya dengan kecintaan yang sangat. Hingga tatkala Barirah memilih bercerai dengannya, ia berjalan-jalan di belakang Barirah di kampung-kampung kota Madinah dalam keadaan menangis. Maka tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat keadaannya itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada paman beliau Abbas : “Tidakkah engkau heran terhadap kecintaan Mughis kepada Barirah ? sedang Barirah tidak menyukai Mughis ?” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Barirah : “Wahai Barirah, mengapa engkau tidak kembali kepada sumimu?” sesungguhnya ia adalah suamimu dan ayah dari anak-anakmu!” Maka Barirah berkata : “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah atau hanya mengajurkan saja ?”
Allahu Akbar !! perhatikanlah wahai para pembaca pertanyaan Barirah ini !! Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah ? Sehingga aku tidak berhak menyelisihi perintahmu ? atau engkau hanya menganjurkan saja sehingga aku boleh berpendapat dengan pikiranku? Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku hanya mengajurkan saja !”. Barirah berkata : “Aku tidak membutuhkan suamiku lagi !!”
Disini kami berkata : “Pertama kali Zainab binti Jahsiy menolak untuk menikah dengan Zaid bin Haritsah, karena masalahnya hanyalah anjuran semata, maka tatkala turun wahyu perkaranya berubah menjadi ketaatan atau maksiat.
Zainab binti Jahsiy berkata : “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apakah engkau meridhai aku menikah dengannya ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Ya”. Jika demikian aku tidak akan mendurhakai Allah dan RasulNya.
Dan juga terhadap Barirah, tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan agar ia kembali kepada suaminya, ayah dari anak-anaknya yang tidak dapat bersabar untuk berpisah dengannya, Barirah meminta penjelasan : “Apakah engkau menyuruhku wahai Rasulullah ?” Sehingga tidak ada keleluasaan bagiku kecuali harus mendengar dan taat ? Maka tatkala Rasulullah bersabda : “Aku hanya menganjurkan” berkatalah Barirah : “Aku tidak membutuhkannya lagi”.
Demikianlah adab para Sahabat terhadap Allah dan Rasulnya, serta beragama karena Allah dan RasulNya dengan sikap mendengar dan taat, maka Allah menguasakan kepada mereka dunia ini, dan masuklah manusia ditangan mereka kepada agama Allah secara berbondong-bondong. Adapun kita, tatkala tidak beradab kepada Allah dan RasulNya, kita bimbang dan menimbang-nimbang antara perintah dan larangan-laranganNya (kita kerjakan atau tidak kita kerjakan), maka jadilah keadaan kita ini sebagaimana yang kita saksikan saat ini, maka demi Allah, kepadaNya-lah kalian mohon pertolongan, wahai kaum muslimin !
“Artinya : Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)” [Az-Zumar : 54]
“Artinya : Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” [An-Nuur : 31]
Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. 1/No. 04/ 2003 - 1424H, terbitan Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya
Menjual Barang Secara Kredit, Tetapi Barang Tersebut Belum Menjadi Milik Sipenjual Ketika Menjualnya
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Perlu dicermati bahwa ada sebagian perusahaan yang bila seseorang datang untuk membeli suatu keperluan seperti peralatan rumah tangga, mobil, rumah dan sebagainya, ia membelikan keperluan tersebut kemudian menjualnya kepada orang tersebut secara kredit plus bunga darinya padahal barang tersebut belum menjadi milik perusahaan itu. Atau trik lainnya, perusahaan tadi menyuruh orang tersebut membelinya sendiri kemudian ia membayarkan harganya terlebih dahulu berdasarkan kwitansi lalu mengambil bunga dari orang ini, bagaimana hukum jual-beli seperti ini?
Jawaban
Sebagaimana telah diketahui, bahwa siapa saja yang meminjam sejumlah 100.000 riyal, misalnya, untuk kemudian melunasinya secara angsuran (kredit) plus 8% untuk setiap angsurannya dan presentase ini semakin bertambah atau bisa juga tidak bertambah manakala temponya diperpanjang (jatuh tempo), maka ini adalah bagian dari riba, yaitu Riba Nasi’ah dan Fadhl. Hal ini semakin buruk manakala persentase tersebut semakin bertambah bila temponya diperpanjang, dan ini adalah riba Jahiliyah yang telah dilansir oleh Allah dalam firmanNya.
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawakalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir. Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat” [Ali-Imran : 130-132]
Seperti telah diketahui bawha pengelabuan (menyiasati secara licik) terhadap transaksi seperti ini sama artinya mengelabui hal-hal yang diharamkan oleh Allah, berbuat makar dan berkhianat terhadap Dzat Yang Maha Mengetahui pandangan mata yang khianat (pandangan yang terlarang seperti melihat kepada wanita bukan mahram, -pent) dan apa yang disembunyikan oleh hati.
Demikian pula, bahwa mengelabui hal-hal yang diharamkan oleh Allah tidak akan dapat menjadikannya halal hanya sekedar lahiriyahnya saja yang halal sementara tujuannya haram. Mengelabui hal-hal yang diharamkan oleh Allah ini hanya akan menjadikannya bertambah buruk, karena si pelakunya telah terjatuh kedalam dua larangan.
Pertama : Menipu, makar dan mempermainkan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua : Kerusakan yang ditimbulkan oleh sesuatu yang diharamkan dan didapat dengan cara pengelabuan tersebut, sebab akibat dari pengelabuan itu berarti kerusakan tersebut menjadi semakin terealisir. Sebagaimana dimaklumi, bahwa mengelabui hal-hal yang diharamkan oleh Allah berarti keterjerumusan ke dalam hal yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Dengan begitu, si pelakunya berarti telah menyerupai mereka dalam hal itu. Oleh karenanya pula, dalam sebuah hadits disebutkan.
“Artinya : Janganlah kamu melakukan dosa sebagaimana dosa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sehingga (karenanya) kamu menghalalkan apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah (sekalipun) dengan serendah-rendah (bentuk) siasat licik” [Ibnu Baththah dalam kitabnya Ibthalul Hiyal hal. 24, lihat juga Irwa’ul Ghalil 1535]
Sebagaimana dimaklumi oleh orang yang mau merenung dan dapat melepaskan dirinya dari kungkungan hawa nafsu, bahwa siapa yang mengatakan kepada seseorang yang ingin membeli mobil, “pergilah ke pameran mobil dan pilihlah mobil yang adan inginkan, saya akan membelinya dari pameran mobil itu kemudian menjualnya kepada anda dengan penangguhan secara kredit”, atau mengatakan kepada seseorang yang ingin membeli tanah, “pergilah ke pemilik usaha property dan pilihlah tanah yang anda inginkan, saya akan membeli darinya kemudian menjualnya kepada anda dengan penangguhan secara kredit”.
Atau dia mengatakan kepada orang yang ingin mendirikan bangunan dan membutuhkan besi, “pergilah ke toko alat-alat bangunan (material) si fulan dan pilihlah jenis besi yang anda sukai, saya akan membelinya kemudian menjualnya kepada anda dengan penangguhan secara kredit”. Atau mengatakan kepada orang yang sama tetapi membutuhkan semen, “pergilah ke toko alat-alat bangunan si fulan dan pilihlah jenis semen yang anda inginkan, saya akan membelinya kemudian menjualnya kepada anda dengan penangguhan secara kredit”.
Saya tegaskan, sebagaimana telah diketahui oleh orang yang mau merenung, bersikap adil (objektif) dan dapat melepaskan dirinya dari kungkungan hawa nafsu, bahwa transaksi seperti ini adalah termasuk pengelabuan terhadap riba. Hal ini, karena pedagang yang membeli barang tadi, dari semula tidak bermaksud untuk membelinya dan tidak pernah terpikirkan di otaknya untuk membelinya. Demikian pula, dia tidak pernah membelinya untuk si pencari barang tersebut karena ingin berbuat baik kepadanya, tetapi dia membelinya karena tergiur oleh nilai tambah yang didapatnya dari proses penangguhan (kredit) tersebut. Oleh karena itulah, setiap kali tempo diperpanjang, maka bertambah pula prosentase bunganya.
Sebenarnya hal ini sama seperti ucapan seseorang, “Saya pinjamkan kepadamu harga dari semua barang-barang ini plus ribanya sebagai imbalan dari penangguhan (kredit) akan tetapi saya juga akan memasukkan barang di sela kedua hal tersebut”. Dalam hal ini, telah terdapat riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu bawhasanya dia pernah ditanyai tentang seorang yang menjual sutera dari orang lain seharga seratus kemudian menjulannya seharga lima puluh? Beliau menjawab, “itu sama saja dengan beberapa dirham plus beberapa dirham secara berlebih (riba) termasuk di sela-sela keduanya sutera tersebut”.
Ibn Al-Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Tahdzibus Sunan (V : 103), “Pengharaman terhadap riba seperti ini adalah berdasarkan makan (esensi) dan hakikat (substansi)nya, sehingga ia tidak akan surut berlaku dikarenakan perubahan nama dalam teknis penjualannya” –selesai ucapan beliau-
Bila membandingkan antara masalah jual-beli Inah dengan masalah tersebut, anda akan mendapatkan hukum masalah tersebut lebih dekat kepada pengelabuan terhadap riba ada sebagian gambaran yang ada dalam masalah Inah, sebab Inah tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli fikih bahwa (gambarannya) ; seorang menjual barang kepada seseorang dengan harga tangguh (kredit) kemudian membeli lagi darinya secara cash (kontan) dengan harga yang kurang dari itu padahal ketika menjualnya,si penjual terkadang tidak berniat untuk membelinya. Sekalipun demikian, hal itu tetap haram baginya. Ucapan si penjual yang suka mengelabui, “saya tidak memaksanya untuk mengambil barang yang telah saya belikan untuknya”, tidaklah dapat mentolerir (kebolehan) transaksi seperti ini.
Hal tersebut, karena sebagaimana telah diketahui bahwa seorang pembeli tidak mencari barang tersebut kecuali karena dia memang membutuhkannya dan dia tidak akan membatalkan niat untuk membelinya. Tentunya, kita tidak pernah mendengar ada seseorang yang membeli barang-barang dengan cara seperti itu (secara kredit) membatalkan niatnya untuk membelinya sebab seorang pedagang yang suka mengelabui seperti itu sudah mempertimbangkan untung ruginya bagi dirinya dengan mengetahui pasti bahwa si pembeli tersebut tidak akan membatalkan niatnya, kecuali bila dia mendapatkan cacat pada barang tersebut atau criteria yang disebutkan kepadanya ternyata kurang.
Jika ada yang mengatakan, “Bilamana tindakan seperti ini termasuk pengelabuan untuk melakukan riba, apakah ada jalan lain yang dapat ditempuh sehingga tindakan seperti ini dapat bermanfaat tanpa harus melakukan pengelabuan terhadap riba?”
Jawabannya, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berkat hikmah dan rahmatNya tidak pernah mengunci pintu-pintu maslahat bagi para hambaNya. Jadi, bila dia mengharamkan sesuatu atas mereka karena terdapat kemudharatannya, maka Dia akan membukakan pintu-pintu bagi mereka yang mencakup semua maslahat tanpa menimbulkan kemudharatan.
Jalan yang terbebas dari tindakan seperti itu adalah dengan adanya barang-barang tersebut pada si pedagang, lalu dia menjualnya kepada para pembeli dengan harga tangguh (kredit), sekalipun dengan tambahan harga atas harga kontan (cash).
Saya kira, tidak ada pedagang besar (konglomerat) yang tidak mampu membeli barang-barang yang dia lihat prosfektif untuk diserbu para konsumen untuk kemudian menjualnya dengan harga yang dia tentukan sendiri. Dengan demikian, dia akan mendapatkan keuntungan yang dia inginkan plus terbebas dari tindakan pengelabuan untuk melakukan riba. Bahkan barangkali dia malah mendapatkan pahala di akhirat kelak bila diniatkan untuk memberikan kemudahan kepada orang-orang yang tidak mampu membelinya dengan harga kontan (cash). Bukankah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah besabda.
“Artinya : Sesungguhnya semua perbuatan itu tergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang tergantung kepada apa yang dia niatkan” [Hadits Riwayat Al-Bukhari, kitab Bad’il Wahyi (1), Muslim, kitab Al-Imarah (1907)]
Terkait dengan apa yang disinggung oleh si penanya bahwa perusahaan tersebut membebankan kepada pembeli agar membeli barang yang diinginkan ; jika melalui hak itu, ia (perusahaan tersebut) ingin agar si pembeli tersebut menjadi perantaranya, maka inilah masalah yang telah kita bicarakan di atas. Dan jika yang diinginkan oleh perusahaan tersebut adalah membeli barang tersebut untuk kepentingan sendiri, maka ini namanya Qardlun Jarra Naf’an (pinjaman yang diembel-embeli tambahan). Dan ini tidak ada masalah lagi bahwa ia adalah jelas-jelas riba.
[Fatawa Mu’ashirah, hal. 47-52,dari fatwa Syaikh Ibn Utsaimin]
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini, Penerbit Darul Haq]
Friday, June 19, 2009
Koreksi Buku Halal Dan Haram Dalam Islam Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
Koreksi Buku Halal Dan Haram Dalam Islam Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
Syaikh Dr.
Segala puji bagi Allah, Rabb semua alam, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya perkara yang halal itu sudah jelas, demikian pula yang haram sudah jelas. Dan diantara keduanya ada perkara syubhat. Maka barang siapa yang menjauhi syubhat, maka berarti ia telah berlepas diri untuk menjaga dien dan akhlaknya. Dan barang siapa yang melakukan syubhat, ia akan jatuh ke dalam keharaman. Ibarat penggembala di sekitar tempat yang dilarang, hampir ia masuk ke dalamnya. Ingatlah sesungguhnya setiap raja itu mempunyai larangan. Ingatlah, larangan Allah itu adalah perkara-perkara yang haram.
Selanjutnya, semoga sejahtera kepada keluarganya, shahabatnya dan orang yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat.
Berikutnya telah kubaca sebuah kitab yang dikarang oleh Syaikh Yusuf Al-Qardhawi yang berjudul “Halal wa Al-Haram Fi Al-Islam”. Kitab ini banyak membahas masalah fiqih, baik itu hukum mu’amalah atau makanan dan seterusnya. Ternyata aku dapati banyak kekeliruan, seperti halnya hukum berkasih sayang kepada orang kafir, pakaian sutra untuk pria, gambar, wanita membuka wajah dan tangannya di hadapan pria yang bukan mahramnya, nyanyiann dan musik, mencukur dan mencabut janggut, penyembelihan, permainan catur, bisokop dan lain-lain. Tentu sebagai orang Islam berkewajiban memberi nasihat dan saling menolong dalam hal kebaikan dan taqwa, yaitu mengingatkan kekeliruannya, dengan harapan supaya muallif mau meninjau kembali karya tulisnya dan mau membetulkan sesuai dengan dalil syariat Islam, sehingga benar-benar kitabnya berfaedah dan mendapatkan pahala di sisi Allah, sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa mengajak kepada hidayah Allah, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan dia akan mendapatkan dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka” [Hadits Shahih Riwayat Muslim dan Ahmad]
Setelah aku mengadakan koreksi tentang kitab ini (Halal wa Al-Haram Fi Al-Islam, -peny), nampaknya Syaikh al-Ustadz Abdul Hamid Thahmaz telah mengoreksi pula sebelumnya dengan judul Nadharaat fi Kitabi Al-Halal wa Al-Haram fi Al-Islam (Tinjaun terhadap kitab halal dan haram menurut Islam). Di dalam muqadimahnya, beliau menyebutkan ijtihad para Imam di dalam menentukan hukum, demikian pula rujukannya dan kesungguhannya yang patut mendapatkan mendapatkan penghargaan.
Beliau (Syaikh al-Ustadz Abdul Hamid Thahmaz ) berkata: "Siapa saja yang ingin membahas syari'at Islam, wajib kembali kepada pemahaman dan qaul mereka. Barangsiapa yang tertipu oleh hawa nafsunya dengan menyelisihi dan menyampingkan pendapat mereka pasti akan keliru, mendapatkan tantangan, benturan dan serampangan fatwanya. Karena dia tidak berpijak pada dalil yang menjadi rujukan mereka, tidak mau memahami nash-nash seperti mereka, padahal mereka manusia yang lebih dekat kepada kebenaran dan kemurnian, manusia yang lebih dekat kepada kebenaran dan kemurnian, baik dalam memperoleh dalil atau pemahaman. Mestinya manusia seperti dia sebelum menentang dalil mereka, hendaknya menelaah hujjah mereka terlebih dahulu, supaya dia mengetahui bahwa mereka (Salaf Ash-Shalih) itu adalah manusia yang dirahmati Allah, mereka tidak keluar dari Al-Qur'an dan Sunnah dalam segala aqwal dan pendapat mereka.
Sekarang di hadapan kita terdapat contoh perbuata seperti yang kami katakan tadi, yaitu kitab "Al-Halal wa Al-Haram Fi Al-Islam", karya Syaikh Yusuf Qardhawi. Dia banyak membahas masalah dien yang menyimpang dari pemahaman mereka dengan mengambil pendapat yang keliru, lagi lemah pengambilannya bahkan memalsu sebagian kalimat yang dinukil. Sungguh sangat disayangkan. Seharusnya, sebelum dia menukil pendapat yang keliru hendaklah dipertimbangkan dulu dengan pendapat para ulama' yang muktabar hingga dia mengetahui bahwa pendapat yang dia nukil ternyata lemah. Kalalu demikian, maka benar-benar karya tulisnya bisa menjadi sandaran bagi kaum muslimin dan generasi berikutnya.
Saya berani mengatakan demikian, karena saya yakin bahwa dengan keikhlasan niat penulis tentu tidak akan menyalin pendapat yang lemah, melainkan untuk pembelaan Islam dengan cara mempermudah urusan dan berlaku lunak. Padahal kemudahan Islam dan kelunakannya tidak berarti harus mengikuti hawa nafsu mereka. Sesungguhnya kemudahan Islam itu tergantung kelunakan nash-nashnya dan kewajibannya sehingga setiap manusia, kapan dan di mana saja mampu melaksanakannya. Apabila kemudahan Islam itu dengan mengikuti pendapat manusia yang keliru, berarti kita membakar ketentuan syari'at Islam, kita keluar dari ketentuannya. Kita dilarang bersikap demikian walaupun dengan niat baik.
Ketentuan seperti ini diungkapkan oleh penulis sendiri ketika meletakkan dasar-dasar penulisannya bahwa:
"Niat yang baik tidak dapat memperindah yang haram, merekayasa yang haram hukumnya haram. Segala upaya yang menuju haram hukumnya haram. Yang halal tidak bisa menolak yang haram."
Di sisi lain, penulis menukil ahli taqlid yang terburu-buru mengharamkan sesuatu tanpa dasar. Di mengambil pendapat yang lemah, lalu menulis di dalam kitabnya seolah-olah pendapatnya yang paling kuat dan telah pasti kebenarannya serta wajib diambil dan diamalkannya."
Memang sangat baik bantahan Syaikh Abdul Hamid dalam mengoreksi kitab ini, kritikannya benar-benar merupakan sumbangan pemikiran yang jelas tentang prinsip-prinsip Syaikh Yusuf Qardhawi dalam tulisannya.
Akhirnya, mudah-mudahan Allah membalas jasanya dengan imbalan yang baik. Kepada pembaca, kami sajikan tentang koreksi kami terhadap kekeliruan tulisan Syaikh Yusuf Qardhawi beserta bantahannya
[Disalin dari muqaddimah buku Al-I'lam Bi Naqdi Kitab Al-Halal wa Al-Haram, edisi Indonesia Kritik terhadap buku: Halal dan Haram dalam Islam, oleh Syaikh Shalih bin Fauzah bin Abdullah Al-Fauzan, Penerbit Pustaka Istiqamah Solo]
Read More...
Lima Teknik Sukses Marketing
1. Selalu menambahkan hal baru
Setiap Anda menambahkan hal baru dalam bisnis Anda berarti Anda menciptakan sebuah peluang untuk meningkatkan penjualan. Sebagai contoh kecil, jika Anda menambahkan info baru pada website Anda, ini berarti Anda telah menciptakan sebuah peluang terjadinya penjualan ketika prospek dan pelanggan mengunjungi website Anda. Menambahkan produk atau servis baru berarti Anda telah menciptakan sebuah peningkatan yang besar dalam penjualan Anda.dalam 3 cara : - Menarik Pelanggan baru yang sebelumnya tidak tertarik dengan produk Anda tersebut - Membuat pelanggan lama untuk kembali membeli produk Anda yang baru - Memungkinkan Anda meraih pendapatan yang lebih besar dengan cara menggabungkan dua atau lebih jenis produk Anda menjadi sebuah paket special.
2. Jadilah Dewa Penolong
Carilah cara agar prospek dan pelanggan menjadi tergantung pada Anda.Berilah mereka selalu informasi cuma-cuma, banlah mereka agar mereka dapat melakukan sesuatu lebih cepat, lebih mudah, dan lebih murah. Jika Anda dapat melakukannya berarti Anda telah menciptakannya peluang tambahan di setiap kali mereka kembali ke Anda untuk meminta bantuan.
3. Tinggalkan pesaing-pesaing Anda
Carilah atau ciptakan sebuah alasan untuk para pelanggan Anda agar lebih memilih Anda daripada para pesaing Anda yang menawarkan produk atau jasa yang sama dengan Anda. Misalnya, apakah Anda menyediakan hasil dengan lebih cepat, prosedur yang lebih mudah, pelayanan yang lebih personal, dan jaminan yang lebih baik? Tentukan sebuah kelebihan yang unik yang tidak ditawarkan oleh pesaing Anda. Sebarkan kelebihan tersebut ketika Anda melakukan promosi.
4. Beritahukan keuntungan yang dapat mereka peroleh
Pelanggan anda tidak terlalu peduli dengan produk atau layanan Anda, mereka hanya menginginkan apa keuntungan yang mereka peroleh dari produk atau layanan Anda Misalnya, seorang pembeli mobil menginginkan kenyamanan, pasien dari seorang dokter gigi menginginkan kesehatan dan penampilan yang lebih menarik tanpa menderita sakit. Pastikan Website, surat penjualan, dan surat-surat Anda lainnya menonjolkan keuntungan yang akan diperoleh oleh pelanggan Anda.
5. Mengantisipasi perubahan
Perubahan adalah tantangan terbesar dari kesuksesan bisnis Anda. Anda tidak bisa terus mengandalkan cara-cara lama yang telah membesarkan bisnis Anda dulu karena competitor Anda akan selalu agresif dan inovatif. Ditambah lagi dengan perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi. Maka selalu bersiaplah terhadap perubahan, jangan menunggu hingga pendapatan Anda menurun. Kembangkanlah kebiasaan untuk dapat melihat tanda-tanda awal sebuah perubahan dan segeralah mengantisipasinya jika Anda telah menemukannya.
Tip: Hindarkan bisnis Anda dari efek negative perubahan dengan meningkatkan jenis produk dan layanan yang Anda tawarkan dan dengan menggunakan metoda marketing yang variatif. Dengan cara ini maka hanya sebagian kecil dari total seluruh bisnis Anda yang terpengaruh apabila omset penjualan dari salah satu jenis produk Anda turun. Berapa banyak dari kelima teknik marketing di atas yang telah Anda laksanakan atau abaikan? Mulailah menggunakan kelima teknik di atas maka niscaya omset penjualan Anda akan meningkat.
Read More...